Foto Bugil Bokep – Capai Orgasme Pertama Seumur Hidup – Di umurku yang 30th saya telah jadi duda. Bolehkah buat, kami tidak dapat kompak pada akhirnya pisah. Salah satu rumah yang kami dapat selama saat perkawinan kami jual dan hasilnya dipisah dua.
Saya hidup sendiri, rasanya jika mengontrak rumah, saya tidak sanggup mengurusinya. Ingin mencari pembantu, rasanya masih sangsi. Bukan lantaran tidak kuat bayar, tapi rumah dengan semua didalamnya diserahkan ke orang yang baru saya mengenal rasanya terlampau rawan.
Keputuskan sewa apartemen. Sebetulnya ingin yang
type studio, tapi dapatnya apartemen 2 kamar. Saya cuma tempati 1 kamar, ruang tidur lainnya saya menjadikan gudang.
Rasanya tidak butuh terlampau panjang bercerita diriku semua jenis tetek-bengeknya. Deskripsi awalnya ini cuma saya ingin mengenalkan diri.
Capai Orgasme Pertama Seumur Hidup
Capai Orgasme Pertama Seumur Hidup
Narasi Seks Satu saat saya mendapat undangan dari salah satunya saudaraku. Tempat tinggalnya jauh di penjuru pedalaman Jawa tengah. Saya punyai jalinan baik sama Oom ku ini, karena saat saya kecil, ia ada di rumahku sekalian ia bersekolah sampai tamat jadi pakar pertanian. Ia saat ini telah pensiun dan pilih ada di perdesaan dengan alam yang sejuk.
Telah lama saya tidak mendatanginya. Penuhi undangan perkawinan anaknya, buatku juga sekaligus refreshing. Dengan mobil kebanggaan ku saya melaju sekitaran 12 jam baru sampai di dalam rumah Paklikku. Acara pesta perkawinannya masih dua hari kembali, menjadi belum demikian terlihat aktivitas.
Seperti umumnya saya disongsong seperti tamu besar, karena saya ialah salah satu tamu yang paling jauh. Saya suka pada lingkungan rumah Oomku , lahannya luas dan hawanya sejuk. Saya seperti bermalam di vila di pucuk. Kamarku di lantai 2 mempunyai panorama yang baik mengarah bentangan sawah yang menghijau. Singkat kata acara perkawinan yang diselenggarakan di dalam rumah berjalan dengan sukses. Saya masih ada di situ dua hari kembali. Hobbyku mancing di sungai, yang membuat saya kerasan ada di rumah oomku.
Sesuatu sore sedang saya bercakap dengan Oomku, istrinya, yang kupanggil Bulik tiba gabung. Ia segera menanyakan, apa saya di Jakarta tinggal sendiri, sampai siapakah yang mengurusi rumah dan segala-macam. Tanpa kututup-tutupi saya benarkan jika saya hidup sendiri dan mengurusi diri kita. Ia bertanya mengapa tidak mengambil pembantu. Lantas argumen yang kukemukakan barusan di atas kubeberkan ke Bulik.
Bulik selanjutnya tawarkan jika ingin ada anak yang dapat menjadi pembantu. Orang tuanya hidupnya sulit dan anak ini mau tak mau putus sekolah. Walau sebenarnya ia masih ingin sekolah, tapi karena tidak ada ongkos menjadi stop. Ia tawarkan saya jika dapat menolong menyekolahkan ia sekalian menjaga rumah dan bantu-bantu membenahi rumah.
Saya tertarik oleh penawaran Bulik lantas saya ingin menyaksikan anaknya. Bulik masuk ke. Sejam selanjutnya ia bersama lagi 2 wanita, satu anaknya yang diartikan dan satu kembali ibunya. Ibunya memasrahkan saya untuk menolong menyekolahkan ia. Sang Anak diam saja dan menunduk malu. Kuperhatikan anak tersebut anak tanggung. Kasihan bila ia harus pisah sama orang tuanya dalam usia semuda tersebut. Ia manggut-manggut saja saat saya bertanya betul ia ingin pisah ama orangtua dan sekolah di Jakarta. Saya lantas memilih untuk menerimanya, separuhnya saya akan tertolong, separuhnya kembali saya menolong orang.
Mereka selanjutnya pamit. Saya kembali terturut orbrolan dengan pamanku. Kami menceritakan mengenai beragam hal. Ia banyak memujiku, karena dalam usia semuda ini banyak menelusuri beragam tempat di dunia. ” Ah itu karena pekerjaan, menjadi semua dibayari kantor. Jika bayar sendiri mana kuat,” kataku. Saya lantas menyambung jika di lain sisi hidupku tidak berhasil. ” Ah ngak-apa-apa dik, lelaki jika masalah itu tidak perlu khawatir,” ucapnya.
Sedang kami asyik mengobrol Bulik tiba kembali tetapi ini kali membawa kelompok. Tujuanku selainnya ibu dan anak tadi tiba, ada juga Ibu dan anak yang lain..
Bulik menerangkan, jika bisa anak yang hendak turut saya bawa temannya dan. Rekan sepantarannya itu drop-out karena kesusahan ongkos. Bulik mencuplik kata-kata anak itu jika jika sendiri di dalam rumah ia takut. Apalagi akunya kerap pekerjaan keluar kota dan ke luar negeri.
Kupikir ada betulnya , anak usia 12 tahun tinggal sendiri dapat beberapa hari. Tanpa berpikir panjang keinginan itu saya sepakati. Saya terangkan jika esok jam 10 siap dan secara langsung akan pergi ke Jakarta. Mereka pamit dan berakhir.
Esok harinya jam 9 mereka telah tiba dan siap dengan bawaannya. Mereka menenteng 1 kardus mi Instant. Saya menanyakan ke Bulik, mengapa mereka tidak bawa tas baju, kok justru membawa makanan. Bulik sekalian berbisik, mereka tidak punyai tas baju, menjadi dalam kardus itu ialah baju mereka.
Saya menjadi terenyuh. Skema pikirku ternyata terlampau metropolitan, hingga tidak mempunyai wacana perdesaan.
Sesudah saya pamit dan ke-2 anak itu berangkul-rangkulan sama orang tuanya mereka lantas masuk mobil. Mereka berdua duduk ada di belakang. Saya diamkan saja, mungkin mereka enggan duduk dimuka dari sisi ku dan mungkin saja tidak paham tata langkah pertemanan jika salah seorang semestinya duduk dimuka.
Sepanjang perjalanan saya banyak menanyakan.. Yang pertama disodorkan untuk turut saya ke Jakarta namanya Ani dan temannya Lia. Mereka seumuran dan masih polos. Mereka panggilku Pak. Saya jadi tambah tua karena panggilan tersebut.. Untuk cairkan situasi yang kaku, ku mengajak mereka bergurau. Pada akhirnya kami dekat, walau mereka masih tetap panggilku Pak. Ah diamkan saja lah.
Dalam pelabuhan untuk isi perut. Mereka malu. Saya terangkan jika tempat ini untuk makan dan sekalian membuang air . Maka jika tidak digunakan kelak lapar dan kepingin di tengah-tengah jalan. Pada akhirnya mereka turun berdua dan ke arah toilet.
Setelah makan hari mulai sore, kuperkirakan sampai di Jakarta sekitaran jam 9 malam. Maknanya sampai di Jakarta harus singgah makan dahulu baru pulang kerumah. Saya mengajak ia makan di gerai fast food. Geraknya cukup canggung hingga saya lah yang mau tak mau memesankan makanan mereka. Di restaurant itu kontras sekali. Mereka terlihat ndeso dibandingkan beberapa tamu yang lain yang sedang melahap sajian.
Sesampainya di dalam rumah kami harus kerja-bakti dahulu membenahi kamar tidur ke-2 yang saya menjadikan gudang. Untungnya saya memiliki kasur gulung, menjadi walaupun sempit mereka dapat gunakan untuk tidur di sana berdua.
Saya sedih dengan kondisi mereka. Pakaian yang mereka membawa cuma 3 pasang, itu juga telah kumal. Saya janji dalam hati, mereka akan kuubah jadi gadis metropolis yang kece, berapa saja ongkosnya akan saya bayar.
Di hari liburan saya mengajak mereka belanja baju. Saya membawa ke departemen toko. Entahlah karena malu dan enggan atau kebingungan pilih, mereka tidak tentukan opsi. Saya mau tak mau turun tangan. Mereka saya belikan celana jean, kaus, baju dalam lantas sepatu dan sandal. Berpindah kembali ke arah tempat lain saya belikan kembali stelan lain. Saya pilih mode dengan menebak saja. Sekurang-kurangnya karena dipampang bagus yang seperti hanya itu.
Sekembali ke rumah mereka saya meminta mereka mencoba baju tadi kubelikan. Mereka suka terima pemberianku. Tetapi menurut penglihatanku penampilan mereka tetap terlihat ndesonya. Saya bukan pakar mode, tetapi kuingat ada rekan cewek di kantorku yang selalu chik jika kenakan pakaian. ia dekat denganku bahkan juga kerap sharing .
Sesuatu hari temanku, namanya Lia, kuajak makan siang dan kujelaskan jika saya perlu kontribusi untuk mendadani , saya sebutlah saja saudaraku dari daerah. Ia sepakat. ” Tetapi ada feenya lho,” ucapnya bergurau.
Kami pada akhirnya jalan berempat ke Mangga Dua. Lia repot cari dan menyamakan baju-baju dan semua jenis pernak perniknya. ” Berapakah nih bujetnya,” bertanya ia.
“Yah sejuta lah, seeorang cukup kan,” kataku. Yang disongsong anggukan dan secara langsung disikat jawaban “Feenya 10 %” ucapnya.
“Kelar,” kataku.
Dari pagi jam 11 sampai jam 3 sore baru usai masalah berbelanja. Lia menjelaskan ke ku jika mereka harus juga dibereskan rambutnya. Saya ikhlaskan saja. Lia mintaku ke arah salon langganannya.
Penampilan ke-2 anak ini mulai cukup bening. Walau kulitnya tetap kelihatan gelap, tapi dengan riasan rambut baru, mereka mulai terlihat kekinian.
Ku tanya ke Lia, apa barusan telah dibelikan peralatan seperti bedak dan semua rupa-rupa wanita. Ia katakan belum dan saya disuruh berkunjung ke Pasar Baru. Di sana semua alat kosmetik dan entahlah apalagi di membeli oleh Lia. Buset belanjaku untuk ke-2 anak ini menjadi banyak pula. Tetapi tidak ada apa-apa, yang terpenting mereka menjadi terlihat tidak ndeso kembali.
Sesudah satu bulan mereka ada di rumahku mereka mulai terampil mengolah dengan gas, dengan oven menjalankan mesin pencuci, memanaskan makanan di microwave, memasangkan DVD sampai bermain permainan online di computer.
Pekerjaan ku selanjutnya ialah cari sekolah mereka. Masalah ini tidak begitu susah bila ada pelicin. Saya cari SMP yang dekat sama apartemenku. Sekurang-kurangnya mereka dapat naik bus 1x pulang pergi
Mereka meneruskan tingkatan kelas 2 SMP. Pertemanan di sekolah membanntu sekali mengganti langkah hidup dusun jadi kota. Mereka mulai bicara bahasa gaul ala-ala Jakarta.
Saya perlakukan mereka tidak ada jarak. Mereka telah kuanggap sebagai keluarga sendiri bukan sebagai pembantu . Maka jika menonton tv, ya kami kerap duduk satu sofa.
Tidak berasa telah satu tahun kami hidup bersama-sama. Ke-2 mereka tidak canggung kembali padaku, walaupun tetap panggil Pak. Ke-2 mereka condong manja dan tidak ragu meminta smartphone Permohonannya kupenuhi dan kuberi mereka HP memiliki kamera yang bisa juga simpan banyak lagu.
Itil V3
Mereka telah beralih menjadi anak metropolitan. Sepanjang satu tahun di Jakarta saya belum berpeluang ajak mereka wisata. Pada berlibur selanjutnya kami bertiga ke Dufan.
Gantian liburan selanjutnya kami ke gelanggang renang, di Ancol kami ambil ruangan mengganti keluarga. Ani dan Lia tidak canggung-canggung kembali ganti baju walaupun ada saya di sana.
Saya memang melatih mereka di rumah untuk bebas dan tidak butuh harus merasa malu . Maka mereka di dalam rumah telah terbiasa keluar kamar mandi cuma secara berbalut handuk atau cuma kenakan celana dalam dan singgelt tanpa BH. Aku juga kerap keluar kamar mandi cukup dengan celana dalam saja.
Bukan hanya itu saya kerap ngeroki mereka dengan uang logam bila mereka demam. Sudah pasti mereka cuma kenakan celana dalam dan tidur tengkurap. Saya tidak tertarik mengolah mereka, bukan lantaran saya gay, tetapi seleraku ialah wanita dewasa.
Mereka telah seperti anakku yang manja. Jika saya melihat TV di ruangan tengah, mereka sukai melendot di kiri kananku. Dalam posisi semacam itu, tentu saja mereka saya dekap di kanan dan kiri.
Ani telah tumbuh jadi gadis manis. Tidak lagi ada memancar aura wanita dusun. Rambutnya lempeng sebahu dan gerak geriknya condong centil. Lia tubuhnya semakin tinggi sedikit dari Ani dan keliatannya buah dadanya terlebih dahulu berkembang dari teman dekatnya.
Seperti biasanya beberapa anak, mereka kadang-kadang tidak kompak dan bermusuhan. Jika sudah sama-sama diam, saya lantas menengahi mereka. Umumnya saya selalu memberikan ke mereka jika sama-sama diam itu bukan langkah bermusuhan yang baik. Coba terus ajak omong walaupun didiamkan, Bila ia menyahut, bermakna kamu yang menang kata ku ke Lia. Ke Ani hal tersebut kutanamkan.
Tetapi dasar masih beberapa anak mendekati remaja, emosi mereka kerap menaklukkan nalar. Jika mereka sedang bermusuhan, satu diantaranya tentu meminta tidur dikamarku. Kamarku memang terbuka, dan mereka bebas masuk keluar.
Jika mereka tidur di kamarku, saya tidak memikat atau lakukan apapun. Kupikir mereka masih tetap beberapa anak, menjadi masih ingin manja. Saya memang menganakemaskan ke-2 nya. Sebelumnya tidak pernah sekalinya kumarahi. Mereka juga benar-benar memahami jika saya menjaga dan menyekolahkan mereka, hingga tanggung jawabannya mereka ter penuhi betul-betul.
Badan mereka cepat sekali berkembang, saya tidak berasa jika mereka telah lima tahun tinggal bersamaku. Ani dan Lia hampir tamat SMA. Walaupun juga mereka telah tumbuh jadi gadis dan umur mereka sekarang 17 tahun sikap mereka sering seperti anak kecil. Dada Lia telah tumbuh cukup montok BHnya 34 B, sedang Ani 34 A. Saya tahu karena bila mereka berbelanja baju dalam selalu meminta saya temani. Bukan hanya itu jika mereka berbelanja ke mall selalu menanti saya punyai waktu senggang. Argumennya gampang diterkalah, agar saya yang membayari mereka.
Walaupun tubuh mereka telah tumbuh seperti gadis dewasa tapi sikapnya masih seperti beberapa anak. Mereka kerap meminta tidur bersama ku, atau masih tetap ngelendot.
Saya jaga betul tidak untuk melakukan perbuatan beberapa macam sama mereka. Saya merasa mendapatkan tanggung-jawab dari orang tuanya, Jujur saja sesudah mereka besar ini, bila mereka merengkuhku atau tidur bersamaku, penisku tegang . Tetapi selama ini bisa kutahan.
Sepanjang saya menduda, saya salurkan keinginan sexku dengan selingkuhanku. Dan kami selalu melakukan perbuatan intim di motel-motel. Karena itu saya tidak tertarik kawin kembali. Trauma beristri yang dulu tetap terendap dalam otakku. Pada kondisi duda ini saya dapat bebas dekati wanita yang mana saja dan saya dapat melepaskannya ke mereka. Masalah di dalam rumah saya tidak pusing kembali, sebab ada 2 gadis yang mengurusinya . Maka untuk apa saya kawin kembali.
Ani dan Lia terbuka sekali. Ia selalu menceritakan bila ada rekan prianya yang tertarik. Saya lantas memberikan pandangan sesuai kemauan mereka. Tetapi sampai selama ini mereka belum mempunyai gebetan permanen. Saat saya tanya ke mereka mengapa belum mempunyai kekasih. Argumen classic, ingin memfokuskan belajar agar pikiran tidak bercabang. Tetapi ada argumen yang saya kebingungan ialah mereka akui sayang hanya kepadaku.
Bila dahulu saat waktu SMP mereka sebelumnya tidak pernah tidur di dalam kamar ku, saat ini ringkas justru mereka sebelumnya tidak pernah tidur di kamarnya. Manjanya semakin menjadi.
Sesuatu hari Lia menceritakan kepadaku, ” Pak sang Andi barusan mencium pipiku, ia ingin cium bibirku, tetapi saya tidak ingin, takut Pak, ” ucapnya.
Saya ucapkan jika orang berpacaran itu lumrah bila kecupan di bibir. ” Saya kan tidak pernah di cium bibir Pak, malu donk jika kelak saya tidak dapat,” ucapnya dengan suara polos. Dengan rileksnya ia berkata, ” Pak ajarin donk Lia kecupan bibir,” permohonannya itu seperti petir pada siang berlubang. Sesaat saya termenung, kebingungan ingin menjawab apa.
“Lia kecupan itu tidak butuh belajar, kelak kamu dapat sendiri, semuanya orang pun tidak ada yang belajar kecupan, kamu ini lucu,” kataku cukup sedikit berusaha menghindari.
“Ah Bapak, Lia ingin belajar dari Bapak, Bapak jahat tidak mau ngajarin, ” ucapnya 1/2 merajuk.
Tidak lagi ada kata-kata untuk menampik keinginan Lia. Sehingga Lia kuminta duduk di atas sofa dan saya duduk didekatnya. Saya terangkan berkenaan tingkatan orang pacaran itu dalam bercium. ” Kamu lihat ya , sini Bapak dekap ,” kata ku sekalian merengkuh.
Saya menciumi dahinya, lantas pipinya dan perlahan-lahan merayap ke bibirnya. Bibirnya telah tengadah selekasnya terbuka, Saya lantas memagutnya dan lakukan french kissing. Napas Lia mengincar. Saat saya lepas diambilnya kembali kepalaku dan sekarang ia yang aktif serang dan memagutku. Saya mainkan lidah ke rongga mulutnya dan ia membalasnya. Saya rasakan begitu empuknya payudaranya melekat di dadaku.
Kami berciuman sekitaran 5 menit yang lalu kusudahi. Lia bertumpu di dadaku sekalian merengkuhku kuat sekali. Nia yang dari barusan melihat episode kami selanjutnya protes. “Saya diajari donk Pak, saat Lia saja,”
Saya patuhi tekadnya, kami juga lantas berpagut dengan mesra. Ke-2 mereka selanjutnya merengkuhku dari segi kanan dan kiri. Ke-2 nya ucapkan, “Saya sayang bapak.”
Semenjak waktu itu setiap saya akan pergi kerja, atau kembali kerumah mereka selalu menyambutku dengan kecupan mesra. Bahkan juga jika ingin tidur mereka selalu meminta berciuman.
Saya merasa semakin lama benteng pertahananku dapat bobol . Tetapi saya berusaha sekeras mungkin janganlah sampai bobol, karena itu mereka saya tujukan supaya pacaran saja, hingga birahi mereka yang mulai tumbuh tidak bertopang kepadaku. Tetapi saranku yang ini sebelumnya tidak pernah sukses.
Sesudah mereka lulus SMA, mereka kuliah di jalur ekonomi management. Ke-2 nya semakin elok dan seksi. Saya kerap ajak ke-2 nya berdugem riang. Lia dan Nia kuajari agar dapat sedikit mengisap minuman mengandung alkohol rendah, seperti whisky soda, bir dan semacamnya. Kami umumnya pulang dugem telah cukup teler sedikit, hingga tidur dengan pakaian yang kami gunakan barusan.
“Pak jika orang berpacaran itu ngapain saja sich pak, ” kata Nia dengan polosnya. Saya menggeleng kepala menyaksikan pengakuan mereka. Sebenarnya mereka telah jadi gadis metropolis, tapi otak kampungnya masih tetap ada . Saya ingin jawab apa dari pertanyaan ini.
Saya terangkan jika pacaran itu awalannya sama-sama berdasar tangan, lantas berciuman dan sama-sama meraba-raba. ” Meraba-raba apaan Pak,” kata Lia menyambung.
Saya berpikiran sesaat, ini jika saya lanjutkan saya masuk zone bahaya. Tetapi jika saya tolak rasanya akan menyebalkan mereka. Toh sejauh ini kami telah sama-sama terbuka. “Mari donk pak ajari saya berpacaran,” kata Lia Nia.
Kepalaku penuh, berperang di antara rangsangan dengan pertahanan, hingga kemudian Lia menabrakku dan menciumku dengan agresif. Pertahananku bobol, saya menyongsong kecupannya dan selang sesaat selanjutnya tanganku mulai meremas susunya di luar pakaiannya. saya menciumi lehernya dan tanganku perlahan-lahan masuk ke pakaiannya sampai dapat raih ke-2 bukit kenyal. Saya berusaha buka pakaiannya lantas ke-2 susunya kuciumi dan pentilnya saya kulum-kulum. Sesudah sekitaran 1/2 jam saya stop. Lia berkeringat terbujur disofa dada telanjang. Buah dadanya sangat indah dengan puting yang kecil dan bongkahan yang menarik.
“Sedap ya Li,” kata Nia yang dari barusan melihat percumbuan kami. Saya bangun lantas ke kamar mandi dan berusaha mandi untuk turunkan temperatur tubuh yang telah mencapai puncak.
Sekembali ke ruangan tengah saya dipeluk dan di cium Lia. ” Pak terima kasih ya Pak, saya saat ini sudah tahu mengapa orang pada berpacaran, setelah rasanya sedap sich,” ucapnya. Saya diam saja dan menggangguk.
Malamnya saat mereka tidur bersama, Nia meminta gantian diajari berpacaran. Untuk keadilan saya mau tak mau penuhi kemauan Nia. Saya bukan hanya mencium dan menelanjangi dadanya, tapi tanganku menjulur masuk juga ke rongga belahan kemaluannya. Saya mainkan clitorisnya sampai ia tersengal-sengal mendesis lantas berteriak lirih. Mungkin ia capai orgasmenya yang pertama sepanjang umur.
Lia yang berbaring dibelakangku menarik badanku sampai menghadap ke ia dan menciumi saya. Saya membalasnya dan cumbuan kulanjutkan sampai raih clitorisnya. Ia juga mendesah-desah dan pada akhirnya berteriak lirih.
Kami seterusnya tiap malam selalu bercumbu begitu lantas usai ke-2 mereka tidur dalam keadan bugil. Mereka selalu meminta dicumbu tiap malam sampai cumbuan saya tambahkan dengan mengoral ke-2 nya.
Saya rasa tingkat oral itu ialah yang paling jauh yang bisa saya kerjakan, seterusnya saya harus bertahan.
Tetapi saya tidak sanggup bertahan. Malam-malam selanjutnya pada akhirnya aku juga meminta dioral. Penyebabnya kepalaku pening, karena sperma menimbun tidak tersalurkan. Mereka terampil sampai menelan semua spermaku. Setelah itu kami juga tidur bertiga pada kondisi bugil.
Entahlah hari apa saya lupa mengingatnya, Larut malam saya terjaga sebab ada suatu hal kurasa di kemaluanku. Saya lihat dengan mata 1/2 tertutup, rupanya Lia mengoralku. Penisku tadi tidur menjadi bangun dan mengeras. Saya berusaha berpura-pura tertidur, menanti apa yang hendak dilaksanakan Lia.
Sesudah mengoral dan saya berusaha mengendalikan diri supaya tidak ejakulasi, Lia selanjutnya bangun dan jongkok di atas penisku. Penisku dituntunnya ke lubang vaginanya dan ia berusaha masukkan penisku ke vaginanya. Saya diam saja dan ingin tahu sampai sepanjang apa tujuannya. Rupanya ia memaksa penisku masuk ke dalam vaginanya , meskipun ia berteriak lirih kesakitan, tapi masih tetap berusaha menekan vaginanya ke penisku. Walau cukup geret dan susah pada akhirnya penisku semua tenggelam. Lia stop sesaat dan ia meraba-raba penisku, mungkin ingin pastikan apakah sudah semua tenggelam ke vaginanya.
Ia lantas menaik-turunkan pinggulnya. Rasanya sempit sekali, hingga saya tidak sanggup tahan lama karena itu terpancarlah spermaku ke vaginanya. Mungkin Lia tidak paham, ia masih tetap menggerakkan tubuhnya hingga kemudian penisku lepas dan lemas. Menyaksikan penisku lepas dan lemas ia lantas bangun dan tidur disamping merengkuhku
Nia ternyata telah terjaga dari barusan dan ia melihat tindakan temannya. Mungkin ia terangsang atau memang ia menanti gantian. Penisku dibikin bersih handuk basah oleh Nia. Saya masih tetap berpura-pura tidur. Penisku masih lemah. Nia mulai mengoralku. Mendapatkan gempuran oral, perlahan-lahan penisku merekah hingga kemudian keras.
Nia lantas meng ikuti langkah Lia barusan Ia jongkok diatasku lantas menggenggam penisku dan menuntun penisku ke vaginanya. Berulang-kali bila didesak penisku melenceng. “Li tidak dapat masuk, sulit. ” kata Nia lirih.
Nia bangun dan menggenggam penisku lantas diakuratkan di depan lubang vagina. Ia memerintah Nia supaya dengan ke-2 tangannya buka bibir vaginanya. Lia memberikan instruksi supaya Nia mulai merendahkan tubuhnya. Penisku berasa menerobos masuk ke dalam gerbang vagina sampai kepalanya tenggelam. Nia stop dan ia mendesis sekalian berbicara,” Sakit Li, perih,” kata Nia.
“Tahan saja sesaat, tidak apapun kok, coba saat ini pencet yang keras, ” kata Lia.
Nia mengikuti perintah Nia dan ia berteriak kesakitan, tapi semua penisku telah tenggelam. ” Aduh Li nyeri, perih,” Nia mendesah dan ia tidak lakukan pergerakan. Mungkin ada sekitaran satu menit Nia mulai lakukan pergerakan.
“Bagaimana sudah dapat masuk,” bertanya Lia.
“Sudah tetapi tetap perih, tetapi sedap ngganjel dalam,” kata Nia.
Nia mulai gerakkan tubuhnya turun naik. Terkadang sampai lepas. Tapi saat ditempatkan tidak lagi terlampau susah bisa tenggelam kembali. Vagina Nia telah licin oleh cairan pelumasnya. Ia selanjutnya bekerja maju undur dan lama-lama semakin cepat sekalian mendesis-desis, hingga kemudian ia berteriak mendapatkan orgasme. ” Aduh sedap sekali Li, plong rasanya,” kata Nia.
Lia ingin tahu, karena diakuinya ke Nia tidak ada rasa sedap, hanya rasa perih saja. ” Coba saja lu coba saat ini,” kata Nia.
Lia bangun kembali dan menggenggam penisku yang tetap keras dan digosok-gosokkannya ke clitorisnya. Saya merasa ujung penisku nyeri, tetapi masih tetap bertahan. Lia mulai coba masukkan penisku ke vaginanya. Walau masih sedikit susah, tapi juga bisa masuk sampai tenggelam semuanya. ” Masih sakit,” kata Lia.
“Sesaat saja ilang, coba.”
Karena Tidak berhasil Dalam Berumah Tangga
Lia mulai menggoyang tubuhnya turun naik. Misalnya dengan Nia Barusan, karena mungkin terlampau hot, penisku berulang-kali lepas. Pada akhirnya Lia lakukan pergerakan mundur-maju. Ia mulai mendesis desis. Saya dengar ia Lia mendesah kenikmatan, gairahku menjadi tinggi, rasanya tidak sanggup kembali meredam ejakulasi. Saya berusaha meredamnya sepanjang mungkin tapi pada akhirnya meletus . Tetapi tidak lama kemudian Lia capai orgasme. Mungkin renyutan semprotan spermaku di dalam vaginanya mengantarkan ia capai orgasme. Lia roboh menindih tubuhku dengan tubuh penuh keringat.
Saya bangun dan kukatakan ke mereka jika mereka memerkosa saya. ” Setelah sedap sich pak,” kata Nia.
Esok paginya saat makan pagi bersama saya tanya ke mereka, mengapa berani melakukan perbuatan sepanjang tersebut. Ke-2 nya dengan kepala menunduk menjelaskan jika sebetulnya telah lama kemauan tersebut. Tetapi menurutnya saya tidak tertarik untuk mengawali. Nia lantas mulai bicara jika mereka cari langkah bagaimana agar dapat bercumbu dengan saya. Keinginan mereka diajari bercium dan pacaran sebetulnya ialah taktik untukku supaya ingin bercumbu. ” Maaf ya pak, setelah kami sayang sekali ama Bapak,” kata Lia menyambung keterangan Nia.
Kemudian saya mau tak mau beli pil KB supaya mereka tidaklah sampai hamil. Saya menjadi seperti punyai dua istri yang sekalian tidur bersama-sama. Kami aktif lakukan jalinan untuk seterusnya.
Sesudah mereka menuntaskan kuliah dan bekerja, mereka meminta diriku untuk menikah dengan mereka. Mereka meminta dinikahi sekalian. Saya kebingungan bagaimana triknya lakukan ikrar nikahnya, lantas bagaimanakah duduknya di pelaminan dalam acara pesta hajatan. Ngaaaaaak kebayaaannng.










