Cerita Sex Gara Gara Tiket Kapal Hilang Aku Jadi Sasaran Kapten Berhubungan Intim

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
6 views

Saya ialah seorang gadis dari K, sebutlah saja namaku Inge, saya anak sulung dari 6 bersaudara dan saya salah satu anak wanita. Kehidupan ekonomi keluargaku sekarang ini dapat disebut mengkhawatirkan. Untung saya dapat tamat SMA, ini karena saya mendapatkan beasiswa.

Bokep Sub Indo – Saya bersedih menyaksikan kondisi keluargaku, ayahku ialah seorang Karyawan Negeri, ibuku hanya seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki kemampuan, kerjanya cuma mengurusi putra-putrinya. Rasanya saya ingin menolong ayah, cari uang…

Tetapi apalah daya saya cuma alumnus sekolah menengah, tetapi demikian kucoba untuk melamar pekerjaan di perusahaan yang berada di kota Manado. Hasilnya kosong, tidak satu juga perusahaan yang terima lamaranku. Saya maklum, ketika kritis saat ini banyak PT yang jatuh pailit, kalaulah ada PT yang bertahan itu karena mem-PHK beberapa pegawainya.

Lantas saya berpikiran, mengapa saya tidak ke Jakarta saja, kata orang di Ibu-kota banyak lowongan kerja, dan saya terpikir tetanggaku Mona namanya, ia itu ucapnya sukses hidup di Jakarta, bisa dibuktikan kehidupan keluarganya bertambah mencolok. Dulu kehidupan keluarga Mona tidak berbeda jauh dengan kondisi keluargaku, ngepas.

Tetapi semenjak Mona mengelana ke Jakarta, ekonomi keluarganya lama-lama semakin berbeda menjadi lebih bagus. Bangunan tempat tinggal Mona sekarang telah tetap, isi perabotnya serba baru, dari bangku tamu, tempat tidur semua eksklusif, TV 29″ antena parabola dan VCD mereka punyai. Saya ingin seperti Mona, toh ia cuma tamatan SMA. Jika ia dapat mengapa saya tidak? Saya harus percaya diri.

Di suatu hari pada bulan September, saya pamit ke keluargaku untuk mengelana ke Jakarta. Walaupun berat papah dan mama mengikhlaskan kepergianku. Berbekal uang Rp 75.000 dan ticket kelas Ekonomi hasil utang papaku di dalam kantor, saya pada akhirnya tinggalkan dusun tersayang di Temanua.

Dari dusun saya ke arah dermaga, saya harus telah tiba di dermaga saat sebelum jam 6 sore karena KM Ciremai jalur Tg.Priok pergi jam 19:00 WIT, waktu satu jam pasti cukup buat cari lokasi yang nyaman.

Karena tiketku tidak memberikan nomor seat, mahfum kelas ekonomi, saya mengharap mendapatkan lapak untuk melangsungkan alas ukuran tubuhku. Tetapi apes, angkutan yang ke arah dermaga demikian telat, di saat itu jam sudah tunjuk jam 18:45. Waktuku cuma 15 menit. Rupanya KM.

Ciremai telah bertambat, saya menyaksikan hingar-bingar penumpang berebutan naiki tangga, saya termasuk calon penumpang yang paling akhir, dengan beberapa sisa tenagaku, saya berusaha lari ke arah KM.Ciremai, saya cuma menggendong tas punggung yang berisi baju 3 potong. Saya telah ada di dek kapal kelas ekonomi, tetapi sebagian besar ruang telah penuh oleh beberapa penumpang. Keringat membasahi semua badanku, ruang demikian berasa sesak oleh napas-nafas manusia yang berlimpah.

Saya cuma dapat berdiri di muka sebuah kamar yang tertulis Kru, di sekitarku ada seorang Ibu tua bersama dua orang anak lelaki umur sekolah dasar. Mereka berbaring di emper tetapi keliatannya mereka cukup bahagia karena dapat selonjoran. Saya berusaha cari sela ruangan agar bisa jongkok.

Saya mengucapkan syukur, Ibu Tua itu ternyata berbaik hati karena siap menggeserkan kakinya, sekarang saya dapat duduk, tetapi sampai kapan saya duduk kuat dengan duduk ini. Dan perjalanan memerlukan waktu dua hari 2 malam. Selang beberapa saat KM. Ciremai pergi tinggalkan dermaga Bitung, hatiku sedikit lega, dan saya berdoa mudah-mudahan perjalanku ini akan mengganti nasib.

Tidak sadar saya tertidur, saya sedikit kaget saat petugas bertanya ticket, saya ingat tiketku ada dalam tas punggungku. Tetapi apa lacur, tasku hilang entahlah di mana, saya cemas, saya berusaha cari dan menanyakan ke Ibu tua dan anak lelakinya, tetapi mereka cuma menggelengkan kepala.

“Cepat mengeluarkan tiketmu..” tutur seorang petugas sedikit membentak.
“Saya kehilangan tas, ticket dan uangku ada di sana..” jawabku dengan bersedih.
“Hah, berbohong kamu, itu argumen kuno, katakan saja kamu tidak beli ticket, Mari turut kami ke atas,” gertak petugas yang bertampang gahar.

Pada akhirnya saya dibawa ke dek atas dan hadapi ke atasan petugas ticket barusan.

“Oh.. ini orangnya, berani sekali kamu naik kapal tanpa ticket,” kata si atasan barusan.
“Tiketku lenyap bersama bajuku yang berada di tas, saya tidak berbohong Pak, tetapi betul-betul lenyap..”
“Bah ini sich argumen classic Non, telah beberapa ratus orang yang meminta dikasihani membuat argumen tersebut. ” katanya kembali.
“Jika Bapak tidak yakin ya telah, saat ini saya dijatuhi hukuman apapun itu akan saya kerjakan, yang terpenting saya sampai di Jakarta.”
“Bagus, itu jawaban yang saya tunggu-tunggu..” tutur lelaki mengenakan seragam putih-putih tersebut.

Jika kutaksir mungkin lelaki itu baru berumur 45 tahun, tetapi tetap tegap dan atletis, cuma kumis dan rambutnya yang menunjukkan ketuaannya karena cukup beruban.

“Tetapi ingat kamu telah janji, akan lakukan apa..” tutur lelaki itu, sambil memperlihatkan jarinya ke jidatku.
“Saat ini kamu mandi, agar tidak berbau, tuch handuknya dan di situ kamar mandinya..” sekalian menunjuk arah ke kiri.

Begitu riang hatiku, diberlakukan semacam itu, saya tidak menduga lelaki itu rupanya baik . Begitu segarnya kelak sesudah saya mandi.

“Terima kasih Pak,” ujarku sambil membulatkan tekad untuk melihat mukanya, rupanya tampan .
“Jangan panggil Pak, panggil saya Kapten..” jelasnya.

Saya sebelumnya sempat membaca namanya yang tercantum di pakaian putihnya. “Kapten Jonny” tersebut namanya. Saya saat ini telah ada di kamar mandi.

“Wah, begitu harumnya tuch kamar mandi,” gumamku hampir tidak kedengar. Kunyalakan showernya karena itu muncratlah air fresh membasahi badanku yang mulus ini, kugosok-gosokan tubuhku dengan sabun, kuraih sampo untuk membersihkan rambutku yang sebelumnya sempat lekat karena keringat.

Sepuluh menit selanjutnya saya keluar kamar mandi, saya kebingungan untuk bersalin baju, saya harus katakan apa ke Si Kapten. “Wah elok kamu,” mendadak suara itu mengagetkan diriku. Dan lebih mengagetkan ialah dekapan Si Kapten dari belakang. Saya cuma termenung, “Siapa namamu, Sayang?” bisiknya mesra. “Inge..” jawabku lirih. Saya tidak berusaha berontak, karena saya ingat akan janjiku barusan.

Karena saya diam tidak berreaksi, karena itu tangan Si Kapten semakin berani saja menelusuri dadaku dan menciumi leher dan telingaku. Saya menggeliat, entahlah geli atau terangsang, yang jelas sampai umurku 19 tahun saya tidak pernah rasakan sentuhan lelaki. Bukanlah tidak ada lelaki yang tertarik padaku, ini karena sikapku yang tidak ingin pacaran.

Itil V3
Banyak rekan sama kelas yang berusaha dekatiku, selainnya cukup elok, saya termasuk pintar, karena itu saya mendapatkan beasiswa. Jadi tidak bingung banyak lelaki di sekolahku yang berusaha memacariku, tetapi saya cuek, dengan kata lain tidak memberi respon.

“Ooohh.. jangan Kapten.” cuma kata-kata itu yang keluar mulutku saat pria paruh baya itu sentuh barang yang sangat bernilai untuk wanita, bulu-bulu halus yang tumbuh disekitaran vaginaku dielusnya halus, sedangkan handuk yang menempel di badanku telah jatuh ke lantai. Dan aku juga tahu jika lelaki ini telah bertelanjang bundar.

Saya rasakan benda kenyal yang mengeras sentuh bokongku, napas hangat dan harum yang mengincar terus menelusuri punggungku, tangannya tadi mengelus vaginaku saat ini meremas-remas ke-2 payudaraku yang ranum, ini membuat dadaku membusung dan mengeras. Saya tidak yakin, tangan lelaki ini seakan memiliki kandungan magnet, karena sanggup menghidupkan nafsu yang tidak pernah kurasakan seumur hidupku.

“Ooohh.. aaahh..” cuma desahan panjang yang bisa kuekspresikan jika diriku ada dalam libido yang benar-benar mengasyikan.
“Inge kau benar-benar polos, pegang donk batangku,” kata Kapten Jonny, sambil raih tanganku dan melekatkannya ke tangkai zakarnya yang keras tetapi kenyal.
“Jangan diam saja, remaslah, agar kita sama sedap..” katanya kembali.

Pada akhirnya meskipun saya awalnya sebelumnya tidak pernah lakukan senggama, perasaanku seakan menuntun apa yang perlu kuperbuat jika bercumbu dengan seorang lelaki. Pada akhirnya saya kembali, kuraih tangkai kemaluannya kuremas dan kukocok-kocok, sampai kumainkan biji pelirnya yang licin.

Si Kapten mendesah-desah, “Ooohh.. aaachh.. sedap sekali Sayang, lanjutkan.. oh lanjutkan..” sekalian matanya terpejam-pejam. Saya selekasnya jongkok, tanpa sangsi kujilat dan mengulum torpedo Si kapten gagah, sampai tenggelam ke kerongkonganku.

Saya sangat menikmatinya seperti makan es Jolly kegemaranku di saat kecil dahulu. Saya tidak perduli erangannya, kusedot terus-terusan, hingga kemudian zakar Si Kapten yang panjangnya nyaris 12 centi itu memuncratkan cairan sperma hangat ke mulutku yang imut. “Aaahh.. saya sudah tidak kuat Inge,” gumamnya.

Begitu enaknya cairan sperma nya, sampai tidak sadar saya sudah menelan habis tanpa sisa, ini membuat seakan Si Kapten tidak sanggup untuk tegak berdiri. Ia bertumpu pada dinding kapal apalagi pergerakan kapal saat ini sudah tidak teratur terkadang bergoyang kekiri terkadang kekanan.

“Kamu benar-benar luar biasa Inge,” puji Kapten Jonny sekalian mencium bibirku.
“Inge jangan kau kira saya telah kalah, nantikan sesaat..”

Ia segera ke arah almari kecil, lalu ambil suatu hal dari botol kecil dan menelannya lalu buka kulkas dan ambil botol minuman semacam minuman energi.

“Sini Sayang..” tutur si kapten panggilku mesra.
“Istirahat dahulu kita sesaat, ambil minuman di kulkas untukmu,” lanjut Kapten Jonny.

Kubuka kulkas dan kuraih botol kecil sama seperti yang diminum Kapten Jonny. Saya meminum dikit demi sedikit, “Ooohh.. enak sekali minuman ini.. saya tidak pernah rasakan begitu nikmatnya.. minuman apa ini.” Rupanya cap minuman ini tercatat beberapa huruf yang saya tidak memahami, mungkin aksara China, mungkin Jepang mungkin saja Korea. Ah bedebah.. yang terpenting kerongkonganku fresh.

“Kau berbaringlah di di sana,” pinta Kapten Jonny sekalian menunjuk tempat tidurnya yang ukurannnya tidak demikian besar. Kurebahkan badanku di kasur yang empuk dan memantul. Kusaksikan jam dinding sudah tunjuk jam 12 malam. Saya bingung mataku tidak merasakan mengantuk, walau sebenarnya umumnya saya telah tidur saat sebelum jam 23:00.

Saya memang menyengaja tidak memakai selimut untuk tutupi badanku, kubiarkan demikian saja badanku yang polos, mungkin ini akan menghidupkan nafsu libido Si Kapten tadi telah down. Saya mengharap mudah-mudahan Si Kapten akan terangsang menyaksikan dadaku yang menyengaja kuremas-remas sendiri.

Si Kapten telah bangun dari bangku rileksnya, ia menenggak sebotol kembali minuman semacam Kratindaeng. Ia telah ada di pinggir tempat tidur, saat ini ia mulai mengelus-elus kakiku dari ujung jemari menjalar ke atas dan stop semakin lama di pahaku, menyeka-usap dan menjilat-jilatinya, dansekarang lidahnya telah ada di mulut vaginaku. “Ooohhh.. geli..”

Sejurus selanjutnya lidahnya dijulurkan dan sapu permukaan bibir vaginaku. Pahaku menyengaja kulebarkan, ini membuat Si Kapten semakin bertambah buas dan liar, diseruputnya klitorisku. “Ooohh.. aaahh.. lanjutkan Kapten, teruskan Kapten.. Ooohh.. sangat nikmat Kapten..” Tangannya tidak tinggal diam, dicapainya ke-2 payudaraku, diremasnya dan tidak lupa melintir putingku dengan mesra.

“Ooohh.. saya sudah tidak tahan Kapten..” desisku.
“Tahan Sayang.. tahan sesaat.. diamkan saya nikmati vaginamu yang harum ini… saya tidak pernah rasakan harumnya vagina dari wanita lain..”
“Sruuppp.. sruuuppp.. sruuupp..” Terus mulut Kapten Jonny dengan rajinnya menelusuri sisi dalam vaginaku yang telah empot-empotan ini karena rangsangan yang sangat tinggi.

“Telah Kapten.. segera masukan tangkai zakarmu, saya tidak tahan..”
“Baik, rasakanlah Sayang.. begitu enaknya rudalku ini..”
“Tetapi perlahan-lahan Kapten, saya betul-betul masih perawan..”
“Oke, saya melakukan dengan berhati-hati..” janji Kapten Jonny.
“Membuka lebar pahamu, Inge..” anjuran Kapten Jonny.

Dan…

“Blleeesss…”
“Ooohh.. aaahh..” desisku, walau sebenarnya zakar itu baru masuk tiga perempatnya.
“Bles.. blesss…”
“Ooohhh…” erangku panjang, saya tahu tangkai sepanjang 12 centi itu telah menghancurkan selaput daraku.

Diambilnya kembali rudalnya, lalu dimasukkannya kembali selaras dengan goyangan KM.Ciremai oleh ombak laut.

“Bless.. blesss.. bless..”
“Ooohh.. ooohh.. ooohh.. aaahh.. aaahh..”
“Saya ingin keluar Kapten,” ujarku memberitahu Kapten Jonny.
“Tahan Sayang.. sesaat.. saya ingin keluar, saat ini kita kalkulasi sampai tiga. Satu.. dua.. tiga..”

“Crottt… crottt… crot…” sperma Kapten Jonny membasahi gua gelap vaginaku. Begitu hangat dan enaknya sperma mu Jonny. Ini memancing cairanku turut banjiri kemaluanku sampai meluber ke atas bersama sperma kapten.

Kami berdua terkulai lemas, tetapi Kapten Jonny sebelumnya sempat meraba-raba bibir kemaluanku dan jarinya seakan mencongkel suatu hal dari vaginaku, rupanya ia memperlihatkan cairan merah kepadaku, dan rupanya ialah darah perawanku. Dijilatnya darah sekalian berbicara, “Terima kasih Inge, kamu benar-benar perawan..” Saya cuma menangis, menangisi kepuasan yang masih sama sekali tidak kusesalkan.

Kegiatan senggama ini berjalan lagi sampai matahari ada. Lalu saya tidur sampai siang, makan, tidur dan malamnya kami melakukan kembali berkali-kali seakan tidak ada jemu dan kapten masih tetap keluarkan sperma nya di dalam vaginaku. Pada akhirnya Dermaga Tanjung Priok telah ada di pelupuk mataku. Saat sebelum turun dari kapal saya dibelikan pakaian baru, dan diberi uang yang cukup.

Selamat tinggal Kapten.. selamat tinggal.. terima kasih atas sperma mu

Category: ABG
cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx

Leave a Reply