Cerita Sex Mendapatkan Kenikmatan Bermain Cinta Dengan Istri Tetangga Yang Super Nikmat

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
5 views

Singkat kata, sesudah saya menikah dengan seorang wanita opsi orangtuaku, saya coba hidup berdikari bersama istri sebagai bentuk rasa tanggungjawab saya sebagai suami dan kepala rumah tangga, walaupun rasa cintaku pada istriku itu belum dalam, namun masih tetap saya coba terima realita ini siapa yang tahu di masa datang saya kami dapat sama-sama menyukai dengan penuh, kembali juga memang saya tidak pernah benar-benar jatuh hati pada wanita mana saja sebelumnya.

Cersex Indo – Kami coba mengadukan nasib di kota Kabupatenku dengan mengontrak rumah yang simpel. Sejumlah sektor bisnis saya coba jalani supaya bisa mengatasi kepentingan hidup kami setiap hari, tetapi sampai kami memiliki tiga orang anak, nasib kami masih tetap sedikit berbeda. Kami masih hidup ngepas serta keinginanku sebelumnya untuk mempertebal kecintaanku pada istriku justru malah makin melorot saja. Untung saja, saya orangnya pemalu dan sedikit sanggup bersabar dan terlatih dalam kesengsaraan, hingga hatiku itu sebelumnya tidak pernah diketahui oleh siapa saja termasuk ke-2 orang-tua dan saudara-saudaraku.

Entahlah dampak setan darimanakah, sesuatu saat persisnya Bulan Oktober 2003 saya luangkan diri bertandang ke rumah rekan lamaku saat kami sama di SMA dahulu. Sebutlah saja namanya Azis. Ia barusan pulang dari Kalimantan bersama istrinya, yang terakhir saya kenali jika istrinya itu ialah anak majikannya saat ia bekerja di salah satunya perusahaan swasta di situ. Mereka mengadakan perkawinan bukan atas dasar sama-sama menyukai, tetapi atas dasar jasa dan balas budi.

Sekitaran jam 17.00 sore, saya telah datang di dalam rumah Azis dengan naik ojek yang jaraknya sekitaran 1 km dari rumah kontrak kami. Merangkumun masih ada di rumah kontrak, tetapi cukup besar dibandingkan rumah yang kami kontrak. Mahfum mereka sedikit bawa modal dengan keinginan buka usaha baru di kota Kabupaten kami. Sesudah memperhatikan pertanda yang sudah diberitahu Azis saat kami bertemu di pasar sentra kota kami, saya percaya tidak salah kembali, lantas saya masuk dekati pintu rumah itu, rupanya pada kondisi tertutup.

“Dog.. Doog.. Dooog.. Izin ada orang di dalam rumah” kalimat penghormatan yang saya katakan sepanjang 3x beruntun sekalian mengetok-ngetuk pintunya, namun masih tetap tidak ada jawaban dari dalam. Saya lantas coba menggerakkan di luar, rupanya pintunya terkunci dari dalam, hingga saya percaya tentu ada orang di rumah tersebut. Namun saya masih sangsi apa rumah yang saya ketok pintunya itu benar ialah rumah Azis ataulah bukan. Saya masih tetap berusaha untuk menentukannya.

Sesudah duduk sesaat di bangku yang terdapat di muka pintu, saya coba kembali ketuk-ketuk pintunya, namun masih tetap tidak ada pertanda jawaban dari dalam. Pada akhirnya saya memutuskan untuk coba melihat dari samping rumah. Lewat antara jendela dari sisi tempat tinggalnya itu, saya sepintas menyaksikan ada kilatan sinar dalam kamar tamu, tetapi saya belum ketahui darimanakah sumber kilatan sinar tersebut.

Saya lantas berubah ke jendela yang satunya dan rupanya saya sebelumnya sempat melihat sepotong badan terkapar tanpa baju dari hanya pinggul sampai ujungnya kaki. Entahlah potongan badan lelaki atau wanita, tetapi terlihat putih mulus seperti kulit wanita.

Pada kondisi biji mataku masih tetap kujepitkan pada celah jendela itu untuk menyaksikan lebih terang kondisi di rumah itu, dipikiran saya ada tanda pertanyaan apa itu badan istrinya Azis atau Azis sendiri atau seseorang. Apa orang itu tertidur juga hingga terkuak bajunya atau memang menyengaja telanjang bundar.

Apa dia sedang melihat acara TV atau sedang putar VCD porno, karena sedikit kedengar ada suara TV seakan film yang diputar. Beberapa pertanyaan tersebut yang selalu mengusik pikiranku hingga kemudian saya kembali di depan pintu sebelumnya dan coba mengetoknya lagi. Tetapi barusan sekali saya ketok, pintunya mendadak lebar terbuka, hingga saya sedikit terkejut serta lebih terkejut sesudah melihat jika yang berdiri di muka pintu ialah seorang wanita usia muda dan elok dengan baju sedikit terbuka karena badannya cuma tertutupi kain sarung. Itu juga cuma sisi bawahnya saja.

“Selamat siang,” kembali saya ulangi kalimat penghormatan tersebut.

“Ya, siang,” jawabannya sekalian melihat muka saya seakan malu, takut dan terkejut.

“Darimanakah Pak dan mencari siapa,” bertanya wanita tersebut.

“Maaf dik, menumpang bertanya, apa benar ini rumah Azis,” bertanya saya.

“Benar sekali pak, darimanakah yah?” bertanya wanita itu kurang kuat halus.

“Saya tinggal tidak jauh disini dik, saya ingin bertemu Azis. Beliau ialah rekan lama saya saat kami sama duduk di SMA dahulu,” lanjut saya sekalian memberikan tangan saya untuk menyalaminya. Wanita itu mebalasnya dan tangannya berasa halus sekali tetapi sedikit hangat.

“Oh, yah, sukur jika demikian. Rupanya dia punyai rekan lama di sini dan dia tidak pernah katakan padaku,” ucapannya sekalian mempersilakanku masuk. Sayapun duduk langsung di bangku plastik yang berada di kamar tamunya sekalian memerhatikan kondisi di rumah itu, termasuk tempat tempat tidur dan TVnya buat menyamakan sangkaanku saat melihat barusan

Sesudah saya duduk, saya punya niat bertanya hubungan dengan Azis, tetapi dia terlihat cepat-cepat masuk ke, entahlah dia ingin kenakan pakaian atau ambil sesuatu sajian. Cuma berlalu sesaat, wanita itu telah keluar kembali pada kondisi kenakan pakaian sesudah semula tidak menggunakan pakaian, bahkan juga dia bawa satu cangkir kopi dan kue lantas ditempatkan di meja lantas mempersilakanku mencicipinya sekalian tersenyum.

“Maaf dik, jika bisa saya bertanya, apa adik ini saudara dengan Azis?” tanyaku penuh kekuatiran kalau-kalau dia tersinggung, walaupun saya semenjak barusan menyangka jika wanita itu ialah istri Azis.

“Saya kebenaran istrinya pak. Semenjak tiga tahun lantas saya mengadakan pernikahan di Kalimantan, tetapi Tuhan belum mengaruniai seorang anak,” jawabannya secara jujur, bahkan juga sebelumnya sempat dia narasi panjang lebar berkenaan background perkawinannya, asal-muasalnya dan maksudnya ke Kota ini.

Sesudah saya memerhatikan penjelasannya berkenaan dianya dan hidupnya dengan Azis, saya bisa ambil ringkasan jika wanita itu ialah suku di Kalimantan yang asal mula turunannya asal dari suku di Sulawesi. Dia kawin dengan Azis atas dasar beberapa jasa dan akal budi mereka tanpa dilandasi rasa cinta dan kasih-sayang yang dalam, seperti yang menerpa keluarga saya.

Dia masih tetap berusaha dan berusaha untuk mengeruk beberapa nilai cinta yang terdapat dari mereka berdua siapa yang tahu nantinya dapat dibuat. Anehnya, walaupun kami baru bertemu, tetapi dia seakan ingin memaparkan semua kondisi hidup yang dirasakannya dengan suami sejauh ini, bahkan juga berkesan kami dekat sekali, sama-sama mengganti pengalaman rahasia rumah tangga tidak ada yang kami tutup-tupi.

Lebih bingung , sebagai orang pendiam dan kurang pertemanan, saya malah seakan temukan diriku yang sebetulnya di dalam rumah tersebut. Karena suka, berbahagia dan asyiknya pembicaraan kami berdua, hingga saya nyaris lupa bertanya ke mana suaminya sekarang ini. Sesudah kami sama-sama pahami personalitas, karena itu pada akhirnya sayapun bertanya Azis (suaminya itu).

“Oh yah, nyaris lupa, ke mana Azis saat ini, kok dari barusan tidak terlihat?” tanyaku sekalian menyelidik semua pojok rumah tersebut.

“Kebenaran dia pulang daerah untuk ambil beras hasil dari panen orangtuanya barusan pagi, tetapi ucapnya dia tidak menginap kok, mungkin sesaat lagi dia tiba. Nantikan saja sesaat,” jawabannya seakan tidak menginginkan saya pulang secara cepat karena hanya Azis tidak di dalam rumah.

“Jika ke daerah umumnya jam berapakah datang di sini,” tanyaku selanjutnya.

“Sekitaran jam 8.00 atau 9.00 malam,” jawabannya sekalian melihat ke jam dinding yang bergantung di dalam ruang tersebut. Walau sebenarnya sekarang ini tanpa berasa jarum jam telah memperlihatkan jam 7.00 malam.

Selang beberapa saat, dia kelihatannya cepat-cepat masuk ke dalam ruangan dapur, mungkin dia ingin mempersiapkan makan malam, tetapi saya teriak di luar jika saya barusan makan di dalam rumah dan melarang dia repot mempersiapkan makan malam. Tetapi dia masih tetap menghidupkan kompornya lantas mengolah seakan tidak inginkan saya kembali secara cepat. Tidak lama setelah itu, iapun kembali duduk di muka saya meneruskan pembicaraannya. Sayapun tidak kekurangan bahan untuk temaninya. Dimulai dari beberapa soal pengalaman kami di daerah saat kecil sampai masalah rumah tangga kami masing-masing.

Karena kelihatannya kami sama-sama terbuka, karena itu sayapun berani bertanya mengenai apa yang ditanganinya barusan, sampai lama sekali baru dibukakan pintu tanpa saya beritahukan jika saya melihatnya barusan dari celah jendela. Terkadang dia melihatku lantas tersenyum seakan ada suatu hal kabar bahagia yang ingin dikatakan padaku.

“Jadi bapak ini lama mengetok pintu dan menanti di luar barusan?” tanyanya sekalian ketawa.

“Sekitaran 30 menit mungkin, bahkan juga nyaris saya pulang, tetapi untung saya coba mengetok lagi pintunya dengan keras,” jawabku terus teerang.

“Haaa.. Ha.. Haa.. Saya ketiduran saat menonton acara TV barusan,” ucapnya secara jujur sekalian ketawa terpingkal-pingkal.

“Tetapi bapak tidaklah sampai melihat dari sisi rumah kan? Mahfum jika saya tertidur umumnya terbuka bajuku tanpa berasa,” tanyanya seakan mencurigaiku barusan. Dalam hati saya jangan-jangan dia sebelumnya sempat menyaksikan dan merasa dilihat barusan, tetapi saya jangan berlagak yang menyangsikan.

“Ti.. Ti.. Dak mungkin saya kerjakan itu dik, tetapi emangnya jika saya ngintip mengapa?” kataku terbata-bata, mahfum saya tidak biasa berbohong.

“Tidak jadi masalah, hanya itu barusan, saya jika tidur jarang-jarang gunakan baju, berasa panas. Tetapi hati saya menjelaskan jika ada orang barusan yang mengintipku melalui jendela saat saya tidur. Karena itu saya terjaga bersama dengan ketukan pintu bapak barusan,” ulasnya berprasangka buruk namun masih tetap dia ketawa-ketawa sekalian melihatiku.

“M.. Mmaaf dik, sebenarnya saya sebelumnya sempat melihat melalui celah jendela barusan sehubungan saya kelamaan mengetok pintu tetapi tidak ada jawaban . Maka saya melihat cuma untuk pastikan apa tidak ada atau ada ada orang dalam barusan. Saya tidak punyai tujuan apapun,” kataku secara jujur, siapa yang tahu dia benar melihatku barusan, saya dapat disebutkan pendusta.

“Jadi apa yang bapak saksikan barusan saat melihat ke? Apa bapak sebelumnya sempat melihatku di atas tempat tidur dengan telanjang bundar?” tanyanya penuh periksa, walaupun dia tetap senyuman-senyum.

“Saya tidak sebelumnya sempat menyaksikan apapun dalam terkecuali cuma kilatan sinar TV dan sepotong kaki,” tegasku satu kali lagi secara terang-terangan.

“Tidak ada apa-apa, saya yakin perkataan bapak saja. Kembali juga kiranya bapak melihatku pada kondisi tanpa baju, bapak tentu tidaklah aneh, dan bukan masalah baru untuk bapak, karena apa yang telah ada pada tubuh saya pasti sama dengan punya istri bapak, yah khan?” ulasnya penuh gurau. Lantas dia berlari kecil masuk ke dalam ruangan dapur untuk pastikan apa nasi yang diolahnya telah masak atau memang belum.

Category: ABG
cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx

Leave a Reply